Selain itu, menguap juga dikaitkan dengan peningkatan aliran darah ke otak.
Saat seseorang menguap, kontraksi otot di sekitar rongga mulut dapat meningkatkan aliran darah ke otak, memberikan pasokan oksigen tambahan yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi.
Oleh karena itu, menguap bisa dianggap sebagai mekanisme tubuh untuk membangunkan dan menyegarkan otak.
Hormon dan Zona Tidur
Fenomena ngantuk dan menguap juga dapat dijelaskan melalui peran hormon tertentu dalam regulasi siklus tidur dan bangun.
Hormon melatonin, yang diproduksi oleh kelenjar pineal dalam otak, memiliki peran penting dalam mengatur ritme sirkadian tubuh.
Melatonin dikeluarkan saat kondisi pencahayaan rendah, seperti malam hari, untuk menandakan tubuh bahwa saatnya untuk tidur.
Ketika seseorang merasa ngantuk, produksi melatonin meningkat, dan tubuh mulai bersiap untuk tidur.
Mengapa ini berhubungan dengan menguap?
Beberapa ahli meyakini bahwa menguap dapat membantu mengaktifkan otot-otot di sekitar rongga mulut dan tenggorokan, yang kemudian memberikan sinyal ke otak bahwa tubuh sedang bersiap untuk tidur.
Mengapa Menguap Menular?
Salah satu aspek menarik dari menguap adalah sifat menularnya.
Saat melihat atau mendengar seseorang menguap, seringkali kita merasa keinginan untuk menguap juga.
Ini dapat dijelaskan oleh konsep refleks sosial atau empati, di mana otak manusia secara otomatis meniru perilaku orang lain sebagai bentuk komunikasi non-verbal.
Sebuah studi yang dilakukan oleh psikolog Matthew Campbell dari Universitas California menunjukkan bahwa tingkat empati seseorang dapat memengaruhi seberapa mudah mereka terpengaruh oleh perilaku menular seperti menguap.
Orang dengan tingkat empati yang tinggi cenderung lebih mudah "tertular" saat melihat orang lain menguap, meskipun mereka mungkin tidak merasa ngantuk.