Mereka juga membangun pondok untuk tempat tinggal dan mereka tinggal terpencar-pencar. Meskipun terpencar, kehidupan mereka aman dan tenang karena tidak ada yang berani mengganggu.
Pada saat itu di desa tersebut terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Penduduk menamakan pohon tersebut dengan nama pohon kayuara.
Pohon ini sering dijadikan tempat memuja dan meminta oleh masyarakat desa ini. Mereka mengorbankan ayam hitam, ayam putih, ayam kuning, kambing hitam, kambing belang dan sesajian lainnya.
DI bawah pohon kayuara tersebut masyarakat melakukan penyembahan. Mereka menganggap pohon tersebut adalah pohon yang angker dan keramat.
Setelah beberapa waktu perbuatan masyarakat tersebut diketahui oleh Muning Munai yang tidak tinggal diam.
Dia segera mengumpulkan masyarakat desa dan menasehati mereka agar tidak lagi menyembah pohon tersebut, karena itu merupakan perbuatan syirik yakni menyekutukan Allah.
Akhirnya masyarakat desa sepakat untuk menebang pohon kayuara tersebut.
Ternyata dibutuhkan waktu seharian untuk menebang pohon ini. Mereka menebang dari pagi hingga sore hari.